[1W1P] Baralek Panghulu,,

Selamat sore,, Salam jumpa,,
Setelah bersemedi di WC, dan disela-sela suntuknya pekerjaan..
akirnya saya dapat ilham untuk bercerita.

Gak adil rasanya kalau saya hanya bercerita tentang berbagai daerah di Indonesia tapi saya belum bercerita tentang tanah kelahiran saya, Ranah Minang Kabau. Kali ini saya akan bercerita tentang “Baralek Panghulu”sebuah prosesi adat Minang Kabau untuk pelantikan kepala suku.


Setiap suku di dunia pasti akan dipimpin oleh seorang kepala suku, begitu juga dengan suku saya. Suku Sikumbang Sungai Limau. Kami dipimpin oleh kepala adat yang biasa di sapa Angku Datuak,,

Lebih dari 20 tahun suku saya tidak memiliki pemimpin, yang dikarenakan datuak sebelumnya telah meninggal dunia dan belum ada yang mau menggantikannya. Kenapa? Bagi kami, bukan hal mudah untuk menjadi datuak. Seorang datuak harus dituntut adil dalam memutuskan perkara dan bijak dalam bersikap menjadi panutan bagi seluruh anggota sukunya.

Akhirnya tahun 2012, berdasarkan hasil musyawah dengan menjunjung tinggi prinsip“Bulek kato dek mufakaek, bulek di nan Panghulu (satu kata untuk mufakat, untuk satu penghulu)”. Kami menemukan sosok pemimpin yang bersedia untuk memimpin suku, seorang pria muda kelahiran tahun 1985.

Sebagi refleksi rasa sukur, kami mengadakan baralek panghulu untuk menyambut datangnya pemimpin baru kami. Prosesi baralek panghulu ditandai dengan berbagai pertunjukan tradisional, salah satunya adalah Silek atau dalam bahasa indonesia berati Silat.

Silat minang kabau terkesan cepat dan mematikan. Bisa disaksikan di film the raid, begitu cepatnya si Iko Uwais meliuk-liuk memberikan pukulan terhadap lawannya. Dalam atraksi silat diiringi oleh dentuman musik kendang atau yang sering disebut dengan tansa.

Sebagi puncak acara, hulubalang mengarak kerbau keliling kampung.

 Kerbau pada masyarakat minang kabau merupakan sebuah lambang kemenangan. 

konon ceritanya penggalakan nama minang kabau berati kerbau yang menang saat masa peperangan dahulu kala. Cerita selengkapnya bisa searcing aj di om gogel

Masyarakat yang hiruk pikuk mengiringi prosesi adat berkeliling kampung, naik turun gunung  tanpa merasa rasa penat. Rasa itu larut karena kebahagiaan.


 
Kita sebagai penerus bangsa indonesia yang memiliki berbagai macam kebudayaan, jangan sampai kita melupannya. Karena kebudayaan adalah aset yang tak ternilai harganya.
Salam
Jepret
Kentut Photography

0 komentar:

Post a Comment