Maka segerakanlah,,

Jakarta, 22 Agustus 2019.

Masih terngiang-ngiang pak Budi dengan baju putih dan celana kain hitam-nya menyerukan. 

"Siapa yang mau lulus tepat waktu??" dan kami semua angkat tangan.. "kami pak.."


Semangat '45 macam pejuang mau perang.
Namun kenyataannya, Satu smester dua smester semangat itu melempem macam kerupuk kena angin. 
Ya, namanya juga MAHA-siswa.

April, 2016.
Cita-cita untuk menempuh jenjang Magister akhirnya terbuka.
Uang ada, cuma tantangannya kuliah sambil kerja.
Abang bisa, Kakak bisa (bisa gak lulus-lulus), masa gw gak bisa??. 
Tinggal pilih mau macam Abang apa kakak.

Bismillahirrahmanirrahim.
Gw bisa.
Proses administrasi ini itu terselesaikan.
Surat pernyataan dari orang tua gw jadikan modal semangat.
Kenapa? Karena itu surat yang di tanda tangani papa.
Meskipun tangannya gemetar, namun gw ingin papa yang tanda tangan bukan yang lain.
Gw ingin papa dan mama duduk manis di Balairung liat anaknya diwisuda.

Kuliah di mulai dan kapal pun mulai oleng kapten.
Dikira gampang, ternyata dihantam sana sini.
Pantesan kakak gw teler.
Antara pendidikan atau pekerjaan. Antara pembimbing atau pimpinan. Antara thesis atau periuk nasi.
Terlalu mengutamakan pekerjaan dari pada target awal.
Dititik inilah, gw mulai melakukan kesalahan.
Terlalu mengulur-ulur waktu.
Dan pada akhirnya gw masuk dalam jajaran bergengsi yaitu
Mahasiswa sisa perang dunia
Saat yang lain seminar proposal Smester 3, gw Smester 4.
Saat yang lain lulus Smester 4, gw masih nongkrong diperpus bingung mau apah.

Selangkah dua langkah, akhirnya maju juga.
Saat dapat jadwal seminar proposal Maret 2018.
Saat itu, 5 hari sebelum seminar proposal papa berpulang kepangkuan Allah.
Drop, Hancur sudah cita-cita gw.
Gagal sudah membuktikan bahwa gw bisa.
Semangatpun hilang, yang tinggal penyesalan.

Andai gw bisa macam bang Fahmi.
Dibalik kesibukan yang luar biasa.
Dia bisa lulus lebih cepat dari target.
Andai gw patuh apa kata pak Budi, pak Prof Haryoto, dan pak Suyud.
Andaikan gw bisa, maka papa akan ada di Balairung dengan senyum nya.

Penyesalan tinggal penyesalan.
Apa yang di mulai, itu yang harus diselesaikan.
Penelitian selesai dan saatnya mempertanggungjawabkan.
Allah maha berkehendak dan punya skenario hidup.
Mari menjalankan semua yang sudah direncanakan.

Selesai? Tidak.
Gw masih disayang, masih dikasi test tambahan lagi.
Perencanaan berantakan, disaat yang sama waktu yang sama, semua test bersatu padu.

Pekerjaan yang dimajukan deadlinenya.
Pertesisan yang dimajukan sidangnya.
dan Pernikahan yang didepan mata.

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Al-Insyirah: 5-6).: Karena bersama kesulitan ada jalan keluar, bersama kesulitan ada jalan keluar:.

Alhamdulillah, Juni 2019 Pekerjaan akhirnya berhasil diselesaikan.
Alhamdulillah,  27 Juni 2019 Penelitian akhirnya berhasil disidangkan.
Alhamdulillah, 29 Juni 2019 Pernikahan akhirnya berhasil disahkan.

Semua ini berkat bantuan Allah, Orang tua, Pembimbing, Dosen dan team Greencorp yang tangguh.



Sabtu, 31 Agustus 2019.

Acara itu akan dilaksanakan.
Meskipun papa sudah tidak bersama kami.
Tapi gw percaya dia akan selalu ada bersama kami.


Photo by: Hape Mahal mbak Yulia

MIL 1001, gelar ini ku persembahkan untuk mu, Papa.




Salam
Cerita Sikentut

5 comments:

  1. itu bagian kakaknya gk lulus lulus,, kudu di jelaskan ya -_-

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahahaha, aku masih ngerasa lucu loh Bu sama "bisa gak lulus lulus" 🤣
      Terus sama "Pantesan kakak gw teler" 🤣🤣🤣

      Delete
  2. hahahahha,,, ya kan namanya pembelajaran toh,,

    ReplyDelete
  3. Hahahaha itu dulu di zaman keemasannya Will, sekarang udah engga lagi

    ReplyDelete