Nginvoice aja dulu,,

Bekasi, 17 April 2021.

Genap sudah sembilan tahun saya bergelut di dunia jasa konsultansi lingkungan. Banyak ilmu yang bisa dipetik, baik manis maupun yang gak selamanya manis, alias kecut.

Kali ini saya bakal sharing apa sih kecut-nya dunia jasa ini. Sebelum memulai tulisan ini, disclaimer dulu ya 
Bahwa ini adalah opini pribadi. Jika ada pihak-pihak yang merasa kurang nyaman dan terganggu, silahkan diabaikan tulisan ini alias di close tab nya. Toh setiap manusia diberikan hak untuk beropini. 
Okeh, let's start.

Jasa konsultasi lingkungan, merupakan jasa yang melibatkan banyak orang dengan berbeda bidang keahlian untuk bekerja dalam tim. Idealnya seperti itu ya. Kenapa? karena kajian kita multi disiplin. Sepanjangan menimba ilmu di bidang jasa ini, belum ketemu sih jasa konsultasi lingkungan yang hanya digawangi satu orang dan mengerti semua bidang ilmu baik Fisika, Kimia, Sosial, Ekonomi, Budaya, Kesehatan Masyarakat, dan Transportasi. Jika ada, mungkin satu genus dengan Avatar. 😅😅

Oleh sebab itu, umumnya jasa ini selain punya tenaga ahli tetap (alias tenaga ahli inti). Selain itu, selalu punya tenaga ahli yang di rekrut perproject alias tenaga ahli tidak tetap yang bayarannya perproject bukan salary bulanan. 

Tenaga ahli tidak tetap inilah yang mengisi slot kosong kajian. Biar simpel, kita sebut saja tenaga ahli tidak tetap ini sebagai "Freelancer atau bahasa kerennya Ojekers".

Ojekers ini tidak terikat pada satu lembaga konsultansi saja, tapi bisa nemplok dimana-mana, sesuai siapa yang membutuhkan dia. Sebagai ojekers, dalam jasanya tentu harus ada hitam diatas putih untuk mengikatkan dirinya dengan yang membutuhkan. Kita sebut saja si lembar hitam diatas putih sebagai "Kontrak Kerja". Kontrak kerja ini lah yg menjadi acuan pembayaran. 
Misal pembayaran termin 3 sebesar 20% dari total kontrak, setelah dokumen andal disubmit ke KPA atau klien membayarkan.
Secara profesional, ojekers tentunya akan mensubmit deliverablenya secara ontime sesuai kewajibannya. Tentunya, saat deliverable tercapai, saatnya mendapatkan hak nya, yaitu dengan submission invoice. Setelah invoice submit, tinggal menunggu sekian hari sesuai kesepakatan dengan pemberi kerja.



Bagi pemberi kerja yang baik dan berkomitmen, mereka selalu membayarkan sesuai dengan janjinya. Akan tetapi ada juga pemberi kerja yang "nakal".

Si nakal ini enggan memenuhi komitmennya. Harusnya para ojekers sudah menerima pembayaran sesuai termin yang disepakati. Tapi, pembayaran jasa ojekers bisa molor berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Sunggu na'as..

Dunia jasa konsultansi lingkungan, dunia yang sempit. Kekerabatan yang dibangun adalah saling percaya. Yap, kepercayaan.. I trust you, you trust me..

Saya mulai dikenal saat aktif pada Forum Amdal Indonesia, kemudian berlanjut ke Pertalindo. Bagi saya, mereka adalah keluarga. Sebagai project manajer, saya selalu merekrut ojekers lokal guna mensupport pekerjaan. Mereka selalu siap membantu bahkan tanpa bertanya "lu berani bayar gw berapa". Terkadang ini yang membuat saya segan, saat mengajukan biaya, "pak cukup gak segini?" "cukup lah, sesuai budgetnya mas willy aja". 

Saat mereka menyelesaikan pekerjaanya, saya siap sedia memproses invoice mereka. Satu dua proses berjalan lancar hingga pembayaran. Tapi ada juga yang ngadat alias invoice nyangkut.

Di titik inilah, saya selalu di "benci" oleh bagian keuangan. Kenapa? karena selalu bertanya,, "mbak invoice subcont ini udah dibayar belom" "mbak klien udah bayar belom". Terkadang apabila klien memang belum membayar, sedangkan ojekers sedang butuh uang, saya tidak segan untuk mencairkan tabungan guna dipinjamkan ke mereka. Saat klien sudah membayar, pemberi kerja akan segera membayarkan invoice ke ojekers. Itu cerita pemberi kerja yang baik.

Tapi pemberi kerja yang Nakal, tidak seperti itu. Mereka ingkar akan kontrak kerja. Andai jika saya ada diposisi pemberi kerja nakal, saya akan lebih memilih untuk mengundurkan diri dari lembaga tersebut daripada menyaksikan invoice nyangkut. Kenapa? 
Karena kepercayaan yang sudah saya bangun, tidak ingin dirusak oleh tangan-tangan nakal. 
Cerita invoice nyangkut, sudah familiar di dunia ojekers. Bahkan kolega saya, masih memiliki invoice nyangkut sebesar IDR 1,5 juta rupiah sejak tahun 2018, padahal projectnya sudah selesai pada tahun yang sama. Miris memang,,

Semoga kita semua selalu dihindari dari si Nakal. Selalu ingat pesan mama 
Jangan sampai keringat mereka kering karena menunggu haknya.

Salam Hormat
Cerita si Kentut



0 komentar:

Post a Comment